Rumahnya Pecinta Film dan Musik

Gerbang Setan: Film Horor Indonesia dari Kisah Nyata, Dibintangi Puluhan Komedian

Gerbang Setan adalah film horor Indonesia yang unik, menghadirkan komedian legendaris dalam peran serius, terinspirasi dari kisah desa hilang tahun 1955.

Film Gerbang Setan

Dunia perfilman Indonesia kembali diguncang dengan hadirnya film Gerbang Setan, karya terbaru sutradara kawakan Toto Hoedi. Film ini menarik perhatian bukan hanya karena ceritanya yang diangkat dari peristiwa nyata, tetapi juga karena keberanian sang sutradara menghadirkan deretan pelawak legendaris dalam balutan genre horor serius.

Puluhan komedian ternama, seperti Jarwo Kwat, Cak Lontong, Komeng, Denny Chandra, hingga Bopak Castello, ikut ambil bagian dalam film ini. Bahkan nama-nama dari generasi baru stand-up comedy pun turut memperkuat jajaran pemain. Namun yang paling mengejutkan, seluruh komika tersebut diminta menanggalkan gaya khas mereka—tidak ada lelucon, tidak ada adegan slapstick. Semua tampil serius.

Dalam konferensi pers yang digelar di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 12 Juli 2025, Toto Hoedi mengungkapkan bahwa Gerbang Setan terinspirasi dari kisah misterius hilangnya sebuah desa pada era 1950-an.

“Saya ambil dari kisah nyata, kalau di-search di Google itu ada desa yang hilang dalam sehari, itu tahun 1955 kalau nggak salah,” kata Toto Hoedi.

Toto, yang sebelumnya dikenal piawai menggarap film-film bertema mistik dan supranatural, mengaku sangat optimistis terhadap proyek terbarunya ini. Ia berharap Gerbang Setan mampu mengulang kesuksesan film-film sebelumnya ketika resmi dirilis di bioskop pada 17 Juli 2025.

“Saya merasa optimis, saya bisa mengulang itu,” ujarnya penuh keyakinan.

Kolaborasi Besar Komedian Indonesia dalam Film Horor

Menggabungkan para komedian besar dalam satu film bukanlah perkara mudah. Toto bahkan menyebut gagasan awalnya sebagai “ide gila”. Namun kekompakan yang terjalin di dalam organisasi Persatuan Seniman Komedi Indonesia (Paski), tempat ia bernaung, membuat proyek ini dapat terealisasi.

“Awalnya sih memang ini sebuah ide yang sangat gila. Tapi saya, saya orang Paski. Saya bagian kreatif di Paski,” ucapnya.

Diskusi awal proyek ini bermula saat Toto berbincang dengan Jarwo Kwat yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Paski. Keduanya sepakat untuk menciptakan karya sinema yang menjadi representasi dunia pelawak Indonesia.

“Saya ngobrol sama Pak Jarwo, ‘Pak Jarwo, Paski harus buat sesuatu, buat film’. ‘Yuk, ayo’. Kumpulin deh pemain,” kisahnya.

Tantangan Mengarahkan Komedian Serius di Film Horor

Namun, tantangan utama dalam proses produksi muncul saat para komedian harus memerankan karakter mereka secara serius. Tak jarang, dorongan naluriah untuk melontarkan humor muncul, bahkan di tengah adegan yang penuh ketegangan.

Bopak Castello, salah satu pemeran, mengaku kesulitan menahan gaya khasnya sebagai pelawak.

“Kita pelawak, geregetan. Kayak misalnya ane lagi mijit Denny Chandra, itu ya akting serius. Padahal bisa aja kayak, ‘eeeh pijitnya kelewatan atau apa’,” tuturnya.

Ginanjar, komedian kawakan lainnya, juga mengalami tantangan serupa. Ia harus menahan diri untuk tidak melucu, sesuatu yang membuatnya merasa tersiksa secara emosional.

“Ginanjar dengan aktingnya yang tidak tertawa, tersiksa itu. Eman juga, dia tidak menunjukkan dirinya pelawak di situ,” tambah Bopak.

Meski begitu, justru karena pendekatan ini, Gerbang Setan diyakini akan menjadi tontonan unik dan berbeda dibanding film horor lokal lainnya.

“Masyarakat Indonesia kalau mau nonton film horor yang tidak berkomedi, adanya di Gerbang Setan,” pungkas Bopak.

Sinopsis Gerbang Setan

Gerbang Setan mengisahkan lima mahasiswa—Diki (Mc Danny), Beni (Rizza Fahlevi), Rachel (Ummy Quary), Bagas (Renaga Tahier), dan Wina (Rachel Oldham)—yang berangkat menuju sebuah desa bernama Lawase Urip. Perjalanan mereka bermula dari selebaran misterius yang ditemukan Beni di mading kampus, menawarkan pengalaman wisata horor yang menggiurkan.

Namun, sesampainya di desa tersebut, mereka justru mengalami serangkaian kejadian janggal. Wisata yang awalnya terasa menyenangkan berubah menjadi petualangan penuh teror. Mereka dihadapkan pada kenyataan mengerikan, di mana batas antara kenyataan dan ilusi menjadi kabur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *